Sejenak
terlintas di benak kita ketika pertanyaan “Kenapa air kencing disebut air seni?”
diucapkan adalah jorok, tabu, dan tidak sopan. Mungkin, orang akan menganggap
orang yang bertanya hal itu sedang tidak dalam kondisi badan yang sehat jasmani
dan rohani. Katakanlah “error”. Sekilas, pertanyaan itu tidak
mengandung nilai dan mungkin itu hanya pertanyaan iseng dan konyol sehingga
orang pun bahkan mengabaikannya.
Namun,
boleh juga pertanyaan itu menjadi sebuah kajian “anti mainstream”. Pasti, banyak orang juga belum mengerti kenapa
bisa air seni menjadi sinonim yang merepresentasikan air kencing. Bagaimana
bisa kedua istilah itu dikaitkan? Apakah itu sebuah analogi antara dua unsur
berbeda zat tetapi memiliki sifat yang sama?
Jika
ditelusuri secara lebih mendalam, dilihat dari segi maknawiah antara seni dan air kencing. Seni
itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu hasil cipta karya manusia melalui
suatu proses yang mengandung unsur nilai estetika (keindahan). Sedangkan air
kencing itu sendiri merupakan suatu kotoran yang mengandung racun yang
dihasilkan dari sisa metabolisme dalam tubuh manusia, yaitu berupa cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
manusia. Lalu, apa hubungan istilah seni
digunakan untuk menyamakan arti dengan istilah kencing? Apakah kencing memiliki
nilai seni?
Air kencing sebagai
“seni” yang membutuhkan “suatu proses”.
Kita
ketahui bahwa air kencing/air seni bukanlah air biasa. Air seni terbentuk
melalui suatu proses yang kompleks di dalam tubuh manusia. Makanan yang kita
konsumsi ke dalam tubuh akan dicerna di mulut, lalu masuk kerongkongan,
lambung, usus, yang kemudian tubuh menyerap sari-sari makanan yang berperan
penting untuk membangun sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan bantuan
enzim-enzim yang diproduksi di dalam tubuh. Tubuh akan menyerap zat-zat penting
yang berguna bagi tubuh dan akan mensekresikan sisa-sisa metabolisme yang
kemudian akan dibuang. Begitu pula dengan seni. Seni melibatkan suatu proses
panjang, dari mulai seorang melihat kenyataan apa yang ada di sekitar. Kemudian
ia mulai berpikir, “Kenapa suatu hal
yang ia lihat bisa terjadi?”. Ia pun akan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya. Dengan kemampuan logika dan
imajinasi ia pun akan mengansumsikan kenyataan itu sesuai dengan fakta-fakta
serta gejala yang ia lihat. Tak berhenti di situ ia pun akan menyampaikan apa
yang dia asumsikan lewat sebuah karya yang mewakili imajinasinya dalam wujud
karya seni (lukis, sastra, dsb.).
Air kuncing sebagai
“seni” yang melibatkan “campur tangan manusia”.
Air
kencing terbentuk melibatkan campur tangan manusia. Air kencing juga memiliki sifat khas, berupa bau khas yang
bermacam-macam. Bau khas air kencing akan menyesuaikan dengan jenis makanan
yang diinput ke dalam tubuh. Ketika seseorang mengonsumsi jengkol atau pete air
kencing orang tersebut pun akan tercium lebih menyengat dengan kekhasan jengkol
atau pete yang ia makan, namun ketika ia mengonsumsi buah-buahan (misal buah
kepel/burahol) akan menghasilkan bau air kencing yang tercium tidak terlalu
menyengat bahkan wangi. Air kencing kemudian dikeluarkan melalui sebuah alat
vital yang bernilai seni tinggi dan multifungsi. Yang mana kita tahu hanya
dengan bersentuhan alat vital (cewek-cowok) bisa menciptakan sebuah makhluk
bernyawa yang memiliki akal yang kemudian disebut “manusia”. Air kencing mengandung zat urea yang bisa digunakan
sebagai pupuk. Bahkan di Jepang, air seni diperjualbelikan sebagai pupuk. Air
seni bisa mengobati penyakit, salah satunya yaitu penyakit mata.
Air kencing sebagai
“seni” yang mendeskripsikan “suasana hati/kondisi kesehatan tubuh” pembuatnya.
Air
seni ketika diinput ke dalam tubuh (sebelum menjadi air seni) merupakan
campuran dari berbagai unsur bahan namun ketika dikeluarkan hanya berwujud satu
warna dari dua kemungkinan warna serta menghasilkan aroma ajaib. Ini seperti karya seni. Ketika diinput dalam wujud A,
melalui sebuah proses campur tangan seniman, akan dikeluarkan/ditampilkan dalam
wujud B. Ketika air seni seseorang dalam kondisi tubuh sehat/ceria/senang
kemungkinan akan keluar dalam wujud air putih bening dan berbau tidak terlalu
pesing. Berbeda dengan air seni yang dikeluarkan oleh orang yang kondisi
tubuhnya kurang sehat/frustasi/kurang tidur atau istirahat akan kelihatan keruh
kekuningan dan kotor dan baunya tercium pesing menyengat.
Air kencing sebagai
“seni” yang bisa membedakan “gender” seseorang.
Kencing
bisa membedakan gender seseorang. Kita bisa mengetahui mana cewek, cowok,
bahkan banci. Kita bisa membedakannya dari cara mereka kencing, apakah ketika
kencing mereka berdiri, jongkok, ataukah sambil mereka duduk? Semua itu
mencirikan khas gender mereka masing-masing. Pada umumnya, wanita akan kencing
sambil jongkok. Tak bisa dibayangkan jika seorang wanita kencing sambil
berdiri. Apa yang mungkin terjadi? Mungkin air kencingnya akan bergelepotan
kemana-mana. Berbeda dengan cowok. Cowok biasanya kencing sambil berdiri karena
memang alatnya mendukung. Bahkan mereka kadangkala lebih kreatif. Mereka kerapkali membuat suatu pola atau tulisan yang
menggambarkan ekspresi mereka menggunakan air kencing mereka. Walaupun
kadangkala hanyalah gambar abstrak yang hanya bisa dimengerti oleh mereka
sendiri. Atau bahkan pernah menggambar atau menulis nama menggunakan air seni
di aspal waktu kecil. Nah, dari situ kita bisa mengasumsikan bahwa air kencing merupakan media untuk berseni.
Berbeda lagi dengan banci. Banci identik dengan kewanitaan. Walaupun pada
kenyataannya dia seorang laki-laki. Banci biasanya buang air seni sambil
jongkok sebagaimana wanita. Jika ada banci kencing sambil berdiri dan
bareng-bareng pasti mereka sekedar modus.
Air kencing sebagai
“seni” yang menghasilkan “irama”.
Orang
yang sedang kencing bisa menghasilkan irama yang juga dapat digunakan untuk
membedakan mana cewek ataupun cowok. Ketika seorang wanita buang air seni akan
terdengar irama “shshshshshshshsh.....”.
Irama ini terdengar lebih seperti suara kran air dengan aliran deras yang
dikasih penyaring dengan jarak lobang rapat. Berbeda dengan cowok. Suara aliran
air seni cowok ketika kencing terdengar percikan aliran air seperti suara kran
air dengan aliran air tidak begitu deras tanpa penyaring.
Air kencing sebagai
“seni” memiliki “nilai kepuasan”.
Ketika
seseorang memiliki hasrat hendak buang air kecil (kencing), ia akan kehilangan
konsentrasi, dan tidak bisa fokus kepada aktivitas yang sedang ia kerjakan.
Maka dari itu, hasrat hendak buang hajat merupakan hasrat yang tidak bisa
ditoleransi. Lalu, mau tidak mau seseorang harus melepaskan hasrat tersebut.
Betapa lega dan puas setelah hasrat buang hajat tersebut tertunaikan. Begitu
pula dengan seni. Seseorang tak bisa memendam apa yang ia alami/rasakan. Lalu
ia pun meluapkannya melalui karya seni (seperti coretan-coretan abstrak di
kertas/pakian, gambar suasana hati, menuliskannya dalam bentuk diary, cerpen, novel, puisi, atau bahkan
seiring berkembangnya jaman kebanyakan dari kita akan meluapkan emosi dengan update status di sosial media –facebook, twitter, line, path- ).
Betapa leganya ketika ia dapat melampiaskan segala penat di benaknya.
Nah,
mungkin penjelasan tersebut bisa mewakili alasan kenapa air kencing
disinonimkan dengan air seni karena kita bisa menelusuri unsur seni di dalam
air kencing itu sendiri dari mulai air kencing diproses di dalam tubuh, air
kencing sebagai hasil rekayasa manusia, air kencing yang dapat
merepresentasikan suasana hati/kondisi tubuh seseorang, air kencing
menghasilkan irama, kencing dapat mendeteksi gender seseorang, hingga kencing
menghasilkan nilai kepuasan.
Best regards, Muhammad Abdur Rozaq Undergraduate Student of Fiscal Administration Study Faculty of Social and Political Science University of Indonesia E-mail: muh.abdurrozaq@gmail.com Mobile: 082260280185
Comments
Post a Comment
Your comments help me improving my papers; therefore, I'm going to be glad receiving your advice. Thanks for visiting my blog.