Ekonomi
merupakan ilmu mengenai bagaimana masyarakat mengelola sumber daya (resources)
yang bersifat langka (scarce). Adanya kelangkaan (scarcity)
inilah yang membuat manusia tidak bisa memenuhi semua keinginannya. Bagaimana
sumber daya yang terbatas itu dialokasikan, bergantung pada aksi tiap komponen
masyarakat, yang secara umum dibagi menjadi dua kubu berupa rumahtangga (household)
dan perusahaan (firm).
Ilmu ekonomi berusaha menjelaskan
bagaimana orang mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian sumber
daya. Pekerjaan apa yang dipilih, barang dan jasa apa yang dibeli, seberapa
banyak yang disimpan. Ilmu ekonomi juga
menjelaskan bagaimana orang berinteraksi satu sama lain.
Seperti bagaimana pembeli dan penjual membentuk pasar dan menetapkan harga. Dan
akhirnya, para ekonom menganalisa berbagai faktor serta kecenderungan yang berlaku
pada ekonomi secara keseluruhan. Tingkat kenaikan harga (inflasi), pertumbuhan
pendapatan rata-rata, juga tingkat pengangguran.
Jadi,
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan kita sehari-hari, hanya saja
dengan kacamata yang berbeda. Sepuluh Prinsip Ekonomi merupakan sejumlah ide
pokok yang mendasari ilmu tersebut yang dibagi ke
dalam tiga bagian. Kelompok
yang pertama, yaitu bagaimana orang mengambil keputusan. Di sini dijelaskan tentang ekonomi
dalam kacamata seorang individu pelaku ekonomi.
Prinsip
I: Tiap orang menghadapi tarik-ulur (trade-off)
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Ketika kita memilih sesuatu, sesuatu yang lain
pasti kita korbankan. Pengorbanan ini bisa berupa waktu, uang, konsentrasi,
apapun. Contoh menulis blog membuat seseorang kehilangan waktu untuk bersantai ria.
Melanjutkan S1 berarti pengorbanan kesempatan bekerja dengan gaji yang layak.
Contoh klasik adalah tarik-ulur antara “senjata
dan mentega” (gun and butter). Semakin besar pengeluaran
negara/pemerintah untuk membangun pertahanan (senjata), semakin sedikit sumber
daya yang tersisa untuk memproduksi barang konsumsi (mentega) untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat. Begitu pula sebaliknya.
Prinsip II: Biaya (cost) adalah apa yang
dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu
Terkadang kita melupakan pengertian biaya atau
harga yang sebenarnya dari pilihan yang kita ambil. Konsep yang sering
dilupakan adalah biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu kesempatan
yang hilang demi menjalankan suatu pilihan. Oleh karena itu, contoh harga yang harus saya bayar untuk S1 bukan cuma
biaya kuliah, buku, dan biaya hidup saja. Biaya kesempatan yang timbul akibat
kehilangan kesempatan bekerja dengan gaji yang layak seharusnya ikut masuk
pertimbangan. Terkadang, biaya kesempatan untuk melanjutkan kuliah bisa jadi
teramat tinggi.
Contohnya seorang pemain NBA, Le Bron James,
yang memutuskan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena menganggap
‘biaya kesempatan’ kuliah terlalu tinggi, dibanding ‘biaya kesempatan’
berkarier sebagai atlet profesional.
Prinsip III: Orang rasional berpikir pada
marjin (margin)
Konsep
orang rasional berarti seseorang akan melakukan yang terbaik untuk mencapai
tujuan, sesuai kesempatan yang ada. Sementara marjin disebut juga sebagai garis
tepi atau batas. Untuk memaksimalkan sesuatu (entah keuntungan bagi perusahaan
atau kepuasan bagi rumahtangga), orang rasional akan selalu mempertimbangkan
perubahan marjinal, perubahan yang terjadi karena perubahan kecil pada suatu
aksi.
Contoh,
keuntungan marjinal adalah perubahan keuntungan yang kita dapatkan atas
penjualan ekstra satu barang atau jasa. Secara umum, orang akan membandingkan
manfaat marjinal dan biaya marjinal ketika menentukan keputusan. Pertanyaan
klasik mengapa berlian jauh lebih mahal daripada air bisa kita jawab menggunakan konsep manfaat marjinal.
Prinsip
IV: Orang bereaksi terhadap insentif (incentive)
Insentif adalah sesuatu (seperti kemungkinan
akan hadiah atau hukuman) yang bisa membujuk seseorang untuk bertindak. Dalam
ilmu ekonomi, insentif merupakan hal yang sangat krusial. Pengetahuan mengenai
insentif dan apa reaksi orang terhadap insentif tersebut sangat penting untuk
mengetahui kerja dan gerakan pasar, juga bagi para pembuat kebijakan.
Seseorang biasanya akan lebih “aktif” saat
seseorang tersebut mendapatkan keuntungan tambahan dari apa yang ia kerjakan.
Contohnya seseorang akan bekerja sesuai porsi
saat penghasilannya tetap, tetapi saat ada insentif maka ia akan bekerja secara
ekstra dari sebelumnya.
Prinsip
V: Pertukaran barang dapat menguntungkan semua pihak
Suatu Negara akan memproduksi sesuai kemampuan
yang paling optimal ( biaya produksi rendah, kemampuan produksi tinggi,
kualitas bagus) yang dimiliki lalu menjualnya ke Negara lain yang tidak optimal
produksinya dari barang tersebut dan barang produksi yang tidak bisa dihasilkan
secara optimal maka Negara tersebutpun akan membeli dari Negara lain yang
produksinya lebih optimal.
Prinsip VI: Mekanisme Pasar merupakan metode
yang cocok untuk mengatur kegiatan ekonomi
Pasar memunculkan permintaan barang maupun jasa. Pasar pula lah yang mengumpulkan perusahaan
maupun rumah tangga untuk menyediakan penawaran. Ekonom menyebut mekanisme
ini sebagai tangan gaib (invisible hand).
Contoh pada peristiwa
perang dingin. Salah satu ideologi yang dipertentangkan adalah ekonomi pasar
melawan ekonomi terpusat. Salah satu kelemahan ekonomi terpusat adalah, tidak
adanya insentif yang cukup untuk maju dan berbuat lebih.Semua sudah diatur oleh
pemerintah.Di sini bisa kita lihat kelemahan kedua. Pemerintah tidak memiliki
kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya secara tepat. Di lain
pihak, mekanisme pasar bertumpu pada keputusan kolektif rumah tangga dan
perusahaan dalam pengalokasian sumber daya. Dibandingkan pemerintah, maka pasar memiliki kemampuan lebih.
Prinsip VII: Pemerintah dapat meningkatkan
kinerja pasar
Untuk memastikan mekanisme pasar bekerja dengan
baik melalui penegakan hukum dan penyediaan sarana prasarana. Mekanisme pasar tidak akan efektif kalau pencurian
merajalela, perjanjian dagang tidak ditepati dan jalur transportasi buruk (dan
tidak ada cukup insentif bagi pasar untuk menyediakan jalur transportasi). Peran
pemerintah tidak hanya berhenti sebagai fasilitator. Terkadang intervensi terhadap mekanisme pasar
diperlukan, karena si tangan gaib kita memang bisa mengatur ekonomi, tetapi
bukan berarti mahakuasa. Di sini pemerintah dapat melakukan dua hal meningkatkan efisiensi dan keadilan. Salah satu
penyebab ketidakefisienan pasar adalah eksternalitas, yaitu pengaruh suatu tindakan
terhadap khalayak umum.
Contoh eksternalitas
(negatif) yang paling umum adalah polusi. Ada pula faktor kekuatan
pasar, di mana suatu kekuatan tunggal (atau segelintir orang) memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap pasar. Bisa juga disebut monopoli. Pemerintah
memiliki peran untuk mencegah timbulnya faktor-faktor tersebut yang bisa
mengakibatkan gagalnya kerja mekanisme pasar. Kemudian berbicara mengenai
keadilan, mekanisme pasar hanya bisa mengatur alokasi sumber daya berdasarkan
kemampuan memproduksi sesuatu yang mana orang mau membayar untuk itu. Si tangan
gaib tidak menjamin tiap orang bisa punya pekerjaan, bisa makan cukup atau bisa
berobat jika sakit. Pemerintah lah yang bertanggung jawab atas keadilan bagi
seluruh rakyat, dengan mekanisme pajak, subsidi dan program kesehatan atau
sembako murah.
Contoh lain seperti
dalam kasus krisis perekonomian seperti sekarang di mana banyak perusahaan
yang bangkrut dan terjadi kegagalan pasar, pemerintah dapat turun tangan dan
menyelamatkan perusahaan tersebut dari kebangkrutan, dan menjaga kemampuan
produksi sekaligus meminimalisir angka pengangguran dengan cara melakukan buy-out, atau
pembelian/pengambil alihan sebuah perusahaan oleh pemerintah. Walau begitu
pemerintah tidak selalu harus melakukan hal tesebut.
Prinsip VIII: Standar hidup suatu negara
bergantung pada kemampuan memproduksi barang dan jasa
Fakta
menunjukkan perbedaan standar hidup yang cukup mencolok antarnegara yang ada di
dunia. Bank Dunia membagi tingkat pendapatan suatu negara menjadi Low Income
(LIC) untuk di bawah $785, Lower Middle Income (LMC) untuk
$766-$3035, Upper Middle Income (UMC) untuk $3036-$9385, dan High
Income untuk di atas $9386. Indonesia sendiri terletak pada tingkatan LMC.
Perbedaan tingkat pendapatan mengakibatkan pula perbedaan standar hidup seperti kepemilikan akan barang-barang elektronik,
akses layanan pendidikan dan kesehatan, ketersediaan nutrisi, hingga tingkat
harapan hidup (life expectancy). Sehingga diperlukan faktor
penentu tingkat standar hidup suatu Negara berupa produktivitas,
yaitu jumlah barang dan jasa yang diproduksi tiap satu jam kerja. Semakin
produktif masyarakat suatu negara, semakin besar kemampuan mereka menikmati
standar hidup yang lebih baik. Konsep produktivitas dan standar hidup ini akan
berdampak pula pada kebijakan publik. Kebijakan publik yang bertujuan
meningkatkan standar hidup masyarakat harus mampu menjawab pertanyaan kunci, “Bagaimana meningkatkan produktivitas masyarakat?”. Untuk itu, diperlukan pendidikan yang baik,
fasilitas yang memadai, kebijakan yang tepat dan dukungan teknologi yang
mumpuni.
Prinsip
IX: Harga akan naik ketika pemerintak mencetak terlalu banyak uang
Tingginya tingkat peredaran uang akibat dari
tingginya produksi uang itu sendiri, menyebabkan nilai dari uang tersebut
menjadi semakin kurang berharga yang berdampak pada terjadinya inflasi. Sehingga
harga barang naik karena nilai dari
uang tersebut menurun.
Contoh hiperinflasi yang terjadi di Zimbabwe, sampai-sampai terbit uang kertas bertuliskan 10 milyar. Kini, setelah
mengalami 3 kali devaluasi–penurunan nilai mata uang–sejak 2006, dolar Zimbabwe
dinyatakan tidak berlaku, alih-alih mata uang internasional lah yang berlaku di
negara tersebut. Secara umum, inflasi atau kenaikan tingkat keseluruhan harga
disebabkan terutama oleh jumlah uang yang beredar di masyarakat. Seperti di Jerman periode awal 20-an di mana harga-harga naik 3 kali lipat tiap
bulannya, jumlah uang tercatat meningkat 3 kali tiap bulannya.
Prinsip X:
Masyarakat menghadapi tarik-ulur jangka pendek antara inflasi dan pengangguran
Meskipun dalam jangka panjang inflasi merupakan
efek utama dari jumlah uang beredar, dalam jangka pendek mencetak uang
banyak-banyak malah bisa mengurangi pengangguran.
Peningkatan jumlah uang beredar dapat
menstimulasi kemampuan belanja sehingga tingkat permintaan pun meningkat.
Kenaikan tingkat permintaan memang berpotensi menaikkan harga, akan tetapi ia
juga akan menarik minat pengusaha untuk meningkatkan produksi barang dan jasa
untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk itu, diperlukan lebih banyak pekerja.
Secara umum lapangan pekerjaan akan meningkat dan pengangguran pun menurun.
Jadi, dalam skala keseluruhan ekonomi terdapat pula tarik-ulur (trade off),
yaitu antara inflasi dan pengangguran. Para penentu kebijakan dapat memanfaatkan tarik-ulur
jangka pendek ini untuk menentukan kombinasi inflasi dan pengangguran yang
dirasa pas. Caranya dengan mengatur pengeluaran pemerintah, tingkat pajak dan
jumlah pencetakan uang. Hal ini, tentu saja, menjadi subjek perdebatan yang
tidak pernah berhenti.
Contoh trade-off antara
inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat berlangsung
menahun. Di negara
tertentu meningkatnya inflasi akan mengurangi pengangguran. Namun hal tersebut
tampaknya tidak terjadi di Indonesia.
Sumber Referensi:
Gregory Mankiw, Principles of Economics, 4th edition, 2007.
Online:https://www.academia.edu/5482826/10_PRINSIP_EKONOMI_DAN_PENJELASANNYA, diakses tanggal 26
Februari 2015, pukul 22.56 WIB.
Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut.
a) Turun dari kiri atas
ke kanan bawah, hal ini berakibat pada terjadinya keadaan yang saling
meniadakan (trade-off), yaitu jika konsumen ingin menambah konsumsi atas
satu barang, ia harus mengurangi konsumsi atas barang lainnya.
b) Cembung ke arah
titik asal (angka 0), yang menunjukkan jika konsumen menambah konsumsi satu
unit barang, jumlah barang lain yang dikorbankan semakin kecil. Dalam analisis
ilmu ekonomi hal ini sering disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal
rate of substitution atau MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa
disubstitusikan dengan barang Y dengan tingkat utilitas yang tetap.
c) Kurva indiferen
tidak saling berpotongan.
d) Jika kombinasi
barang yang dikonsumsi memiliki kualitas yang semakin banyak, maka akan
memberikan utilitas yang semakin tinggi yang ditunjukan oleh kurva indiferen
yang semakin menjauhi titik 0.
Best regards, Muhammad Abdur Rozaq Undergraduate Student of Fiscal Administration Study Faculty of Social and Political Science University of Indonesia E-mail: muh.abdurrozaq@gmail.com Mobile: 082260280185
Comments
Post a Comment
Your comments help me improving my papers; therefore, I'm going to be glad receiving your advice. Thanks for visiting my blog.