Skip to main content

Pendekatan Teori Konflik Sosial dalam Analisis Konflik antar Umat Beragama

        

Teori konflik sosial sebagaimana diutarakan oleh Ralf Dahrendorf dalam Pengantar Sosiologi oleh Kamanto Sunarto menjelaskan bahwa asumsi-asumsi utama mengenai teori konflik sosial meliputi bahwa setiap masyarakat tunduk kepada proses perubahan dan perubahan ada di mana-mana, disensus dan konflik terdapat di mana-mana, setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan masyarakat, serta bahwa setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap anggota lain.
Menurut teori konflik oleh Dahrendorf masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan (dominasi satu pihak atas pihak lain atas dasar paksaan) atau wewenang (dominasi yang diterima dan diakui oleh pihak yang didominasi) yang dinamakan “imperatively coordinated associations” (asosiasi yang dikoordinasi secara paksa). Karena kepentingan kedua pihak dalam asosiasi-asosiasi tersebut berbeda, di mana pihak penguasa berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaan, sedangkan pihak yang dikuasai berkepentingan untuk memperoleh kekuasaan, maka dalam asosiasi akan terjadi polarisasi dan konflik antara dua kelompok. Keberhasilan kelompok yang dikuasai untuk merebut kekuasaan dalam asosiasi akan menghasilkan perubahan sosial. Dengan demikian konflik menurut Dahrendrof merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
Dalam kasus pembakaran rumah ibadah milik kaum agama minoritas oleh kaum agama mayoritas yang terjadi di Aceh dan Papua merupakan bentuk konflik sosial antar umat agama. Teori konflik sosial menjelaskan bahwa terdapat dominasi oleh kaum mayoritas dalam suatu wilayah terhadap kaum minoritas yang didasarkan pada paksaan oleh beberapa orang anggota terhadap orang lain, berupa pemaksaan dengan cara membakar rumah ibadah, yang mengakibatkan munculnya disintegrasi  dan perubahan masyarakat. Perubahan sebagai akibat adanya paksaan oleh proses dominasi suatu kelompok mayoritas terhadap kelompok minorias dapat berupa perubahan sikap, perspektif terhadap kelompok lain, pola perilaku, pola hubungan interaksi antar kelompok yang berbeda yang dapat berupa munculnya sikap primordialisme (anggapan bahwa kelompoknya sendirilah yang paling benar, dan menganggap kelompok sendiri lebih unggul daripada kelompok lain).
Menurut pendekatan Durkheim, Max Weber (1864-1920) dalam Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama oleh Bustanuddin Agus menjelaskan terkait bagaimana memahami kehidupan beragama dengan pendekatan fenomenologis, yaitu memahami suatu fenomena sosial menurut pelaku atau pemiliknya sendiri. Dalam penjelasannya diungkap keragaman agama dari keseragamannya sebagai kelanjutan dari pendekatan verstehen (memahami) dan dari makna yang dipahami oleh penganut agama yang bersangkutan. Perhatian utama Weber terhadap agama adalah sebagai sumber kedinamisan dan perubahan sosial, bukan sebagai penanaman integrasi sosial sebagaimana diungkap oleh Durkheim. Weber membahas magis dan agama, taboo dan etika religius, nabi, spesialis agama dan orang awam (laity). Dalam metode verstehen, Weber menunjukkan perhatian pada alasan ditemukan perbedaan norma dan tujuan masing-masing agama, yaitu melalui konsep ideal type, yaitu memahami konsep yang dipahami oleh figur yang dianggap representasi pemahaman tentang masalah yang diteliti, tidak memakai konsep yang dimiliki oleh setiap individu atau jumlah sampel tertentu dari populasi.
Jadi, Weber berpendapat bahwa tidak ada masyarakat manusia tanpa agama. Jika masyarakat ingin bertahan lama, harus ada Tuhan yang disembah. Ia mengemukakan Tuhan-Tuhan yang dipercayai oleh berbagai masyarakat kuno sampai dewasa ini untuk membuktikan pendapat tersebut. Jadi, agama berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu masyarakat. Agama menurutnya dapat dalam bentuk konsepsi tentang supernatural, jiwa, Tuhan, atau kekuatan impersonal yang melebihi (superior terhadap kekuatan biasa (natural).
Jadi, menurut konsep Weber, kasus konflik antar umat beragama seharusnya dapat dihindarkan dengan menanamkan sikap saling verstehen (memahami) antar perbedaan norma dan tujuan dari keberagaman masing-masing agama. 

Daftar pustaka:
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi-Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 218-219.

Agus, Bustanuddin. 2010. Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), hal. 68-70.



Best regards, Muhammad Abdur Rozaq Undergraduate Student of Fiscal Administration Study Faculty of Social and Political Science University of Indonesia E-mail: muh.abdurrozaq@gmail.com Mobile: 082260280185

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa angka India menjadi angka Arab?

Kebanyakan dari kita mungkin mengira angka Arab seperti angka-angka yang tercantum di dalam Al-Qur’an. Namun pada kenyataannya angka Arab bukanlah seperti yang selama ini kita asumsikan. Angka Arab itu sendiri sebenarnya angka yang sekarang menjadi angka internasional yaitu 1, 2, 3, 4, 5, ...dst. Lalu, angka yang kita kenal sebagai angka Arab yang ada di Al Qur’an itu angka apa? Fakta yang lucu. Ketika masyarakat umum dunia menyebutnya angka Arab, tapi orang Arab sendiri justru menyebutnya sebagai angka Hindi. Angka Arab yang sebenarnya adalah angka India yaitu ١ , ٢ , ٣ , ٤ , ٥ , ٦ , ٧ , ٨ , ٩ ,١٠ . Hal ini bisa dilihat dari sejarah perkembangan evolusi tulisan angka Arab dan Hindi itu sendiri. Kenyataannya angka-angka yang kita pakai saat ini adalah keturunan dari angka India. Dan sistem angka Hindu-Arab dikembangkan oleh matematikawan India. Angka India kemudian diadopsi oleh matematikawan Persia di India, dan diteruskan lebih lanjut kepada orang-orang Arab di sebelah barat. ...

Go-Jek Indonesia dan Tantangan Lingkungan dalam Perspektif Teori Organisasi

Organisasi bisnis jasa online , dewasa ini sedang banyak dikembangkan di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya penawaran fasilitas-fasilitas yang berdalih memberikan kemudahan dalam memenuhi setiap kebutuhan dan aktivitas masyarakat yang dikemas secara online dalam sebuah software aplikasi. Sebagaimana dapat kita amati, kemunculan berbagai bentuk layanan belanja online seperti Tokopedia , Bukalapak , Lazada , OLX , Grab-Bike , dan Go-Jek. Terkait hal bisnis jasa online , dalam tulisan ini akan dibahas mengenai layanan Go-Jek Indonesia. Go-Jek merupakan startup lokal di bidang digital. Selain Go-Jek, terdapat juga Grab-Bike yang merupakan startup asal Malaysia. Khususnya Go-Jek, ini sangat cermat dalam melihat kondisi lingkungan, yang terkait kemacetan yang terjadi di kota-kota besar, khususnya Jakarta. Ide diciptakannya layanan Go-Jek muncul dari lingkungan eksternal organisasi Go-Jek, yaitu masyarakat (yang kemudian menjadi target sebagai customer Go-Jek) dan kemace...

Tanya Jawab Seputar Manusia dan Masyarakat Indonesia

1.       Soal: Setiap sukubangsa/etnis di Indonesia, memiliki budaya yang mendasari terbangunnya kearifan lokal untuk kelangsungan hidup mereka saat beradaptasi dengan lingkungan alamnya, baik dalam mengelola sumberdaya alam, mitigasi bencana dan berbagai kehidupan sosial. Sebut dan jelaskan langkah-langkah yang konstruktif harus dilakukan pemerintah dalam membangun kemitraan dengan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan budaya! Pembahasan: Kearifan lokal merupakan prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai dan norma adat. [1] Kearifan lokal juga berkaitan dengan strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. [2] Hidup yang berdampingan dengan alam mengharuskan kita mampu beradaptasi den...